Monday, August 1, 2016

Sejarah Kisah Wali Songo : Cara Penyebaran Islam Wali Songo Di Indonesia

Sejarah Kisah Wali Songo - Sejarah masuknya Agama Islam ke Indonesia tidak lepas dari peran para ulama lokal, diantara ulama-ulama Indonesia yang sangat berperan terhadap penyebaran Agama Islam di Indonesia adalah yang sering dikenal dengan istilah wali songo. Siapa sajakah mereka?

Sumber-sumber sejarah mencatat banyak nama ulama yang aktif melakukan penyebaran agama Islam. Beberapa di antaranya adalah Dato Sulaeman, Tuan Tunggang Parangan, dan Dato ri Bandang yang aktif menyebarkan Islam di Sumatra, Kalimantan, hingga ke Sulawesi.

Cara Penyebaran Islam Wali Songo Di Indonesia

Di Pulau Jawa, penyebaran Islam dilakukan oleh Walisanga. Walisanga merupakan sebuah dewan ulama yang terdiri atas sembilan ulama yang tersebar di seluruh Jawa.

Sejarah Wali Songo

Keanggotaan dalam dewan Walisanga bersifat tetap. Apabila ada seorang wali yang meninggal atau dikeluarkan, maka akan ada satu orang penggantinya. Kesembilan anggota Walisanga diwajibkan untuk menggiatkan penyebaran Islam di Jawa. Sembilan wali tersebut adalah sebagai berikut.

1) Sunan Gresik

Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gresik berasal dari Persia. Beliau tinggal di daerah Gresik, sehingga diberi gelar Sunan Gresik.

Sunan Gresik diyakini sebagai pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. la berdakwah secara intensif dan bijaksana.

Sunan Gresik bukan orang Jawa, namun ia mampu mengantisipasi keadaan masyarakat yang dihadapinya dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap Islam.

Upaya menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat pada masa itu menjadi objek dakwah Sunan Gresik.

2) Sunan Ampel

Ali Rahmatullah atau sunan Ampel berasal dari Campa, Kamboja. Beliau tinggal di daerah Ampel, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel. Sunan Ampel memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta (dekat Surabaya).

Dengan kegiatan itu ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Ampel adalah seorang wali yang tidak setuju terhadap adat istiadat masyarakat Jawa pada masa itu, seperti kebiasaan mengadakan sesaji dan selamatan.

3) Sunan Giri

Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku. Selain menjadi murid Sunan Ampel, ia juga memperdalam ilmu agama di Pasai yang ketika itu menjadi tempat perkembangan ilmu ketuhanan, keimanan, dan tasawuf.

Raden Paku memperoleh ilmu agama di Pasai sehingga dianugerahi gelar ‘ain al-yaqiin (keyakinan yang nyata). Karena itulah ia dikenal masyarakat dengan sebutan Raden Ainul Yakin. Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri.

4) Sunan Bonang

Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang merupakan putra Sunan Ampel. Beliau tinggal di Desa Bonang, Tuban. Sunan Bonang dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan.

Cara Penyebaran Islam Wali Songo Di Indonesia

Untuk itu ia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain), sehingga musik gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan istilah ‘sekaten’.

5) Sunan Drajat

Beliau tinggal di Drajat, Sedayu. Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Kosim Syarifuddin. la adalah putra Sunan Ampel dan saudara Makhdum Ibrahim.

Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang sangat serius pada masalah sosial.

Ia banyak membantu yatim piatu, fakir miskin, orang sakit, dan orang sengsara. Sunan Drajat juga menggunakan media kesenian dalam berdakwah. Untuk itu ia menciptakan tembang Jawa (tembang pangkur) yang hingga kini masih digemari.

6) Sunan Gunung Jati

Nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah. Beliau berasal dari Persia dan menyebarkan Islam di daerah Jawa Barat. Beliau tinggal di Gunung Jati, Cirebon. la juga merupakan pendiri dinasti Kesultanan Banten yang dimulai dari putranya, Sultan Maulana Hasanuddin.

Atas prakarsa Sunan Gunung Jati, dilakukanlah penyerangan ke Sunda Kelapa pada 1527 di bawah pimpinan Fatahillah, panglima perang Kesultanan Demak.

7) Sunan Kudus

Jaffar Siddiq atau Sunan Kudus adalah wali yang tinggal di Kudus. la adalah putra Raden Usman Haji yang menyiarkan Islam di daerah Jirang Panolan, Blora.

Sunan Kudus memiliki keahlian khusus dalam ilmu agama. Sunan Kudus banyak didatangi oleh para penuntut ilmu dari berbagai wilayah karena keahlian yang dimilikinya.

la juga dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Karena itu, ia menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin pemerintahan di wilayah itu.

8) Sunan Kalijaga

Raden Syahid yang terkenal sebagai Sunan Kalijaga adalah putra dari seorang penguasa Tuban yang kemudian memilih menjadi ulama dan menyebarkan Islam di daerah Kadilangu, Jawa Tengah.

la bernama asli Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatika (bupati Tuban). Nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab qadi zaka yang berarti pemimpin atau pelaksana yang menegakkan kesucian.

9) Sunan Muria

Umar Said lebih dikenal dengan sebutan Sunan Muria. Beliau tinggal di kaki Gunung Muria. Nama asli Sunan Muria adalah Raden Said atau Raden Prawoto.

la adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria menggunakan kesenian sebagai sarana berdakwah. Dua tembang yang diciptakannya dan sangat terkenal adalah sinom dan kinanti.

 Cara yang Digunakan Oleh Wali Songo/Ulama Lainnya dalam Menyebarkan Islam

Agama Islam berkembang di Indonesia karena adanya peran para ulama yang dengan gigih menyebarkan ajara Islam. Ulama yang datang ke Indonesia tersebar mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Cara penyebaran Islam yang dilakukan Wali Songo sangat menarik. Mereka mampu menggunakan metode-metode yang memudahkan ajaran Islam diterima oleh berbagai golongan masyarakat. Misalnya, dengan menggunakan sarana-sarana yang telah dikenal dalam masyarakat, antara lain melalui pendekatan kebudayaan, seperti pertunjukan wayang.

Cara Penyebaran Islam Wali Songo Di Indonesia

Bermain Wayang

Dalam sejarahnya di Indonesia, wali mempunyai peranan sebagai berikut.
  •     Menjadi guru agama atau mubalig yang bertugas menyiarkan agama. Biasanya mereka mendirikan masjid dan pesantren, yakni tempat orang berkumpul memperdalam ajaran agama.
  •     Menjadi penasihat raja, bahkan ada yang menjadi raja, sehingga wali diberi gelar Sunan, suatu gelar yang dipergunakan oleh para raja di Jawa.
  •     Menjadi panutan masyarakat atau tokoh agama.
  •     Memberi doa restu atau memimpin upacara dan ibadah.
  •     Sebagai pengembang kebudayaan setempat yang disesuaikan dengan kebudayaan Islam.
  •     Sebagai ahli siasat perang.
Cara-cara yang digunakan oleh Wali Songo/ulama dalam menyebarkan agama Islam antara lain sebagai berikut.

a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim atau Syeh Maulana Maghribi)

Pada tahun 1404 ia tiba di Jawa dari pasai dan menetap di Leran, Gresik. Dengan kehalusan budi pekerti dan kedermawanannya ia mengajarkan agama Islam mulamula kepada para murid yang kebanyakan adalah para pedagang dari Gujarat. Pada tanggal 9 April 1419 ia wafat dan dimakamkan di Gresik. Berkat jasanya, Gresik menjadi pusat penyiaran agama Islam di Jawa Timur.

b. Sunan Ampel (Raden Rakhmad atau Sayid Ali Rahmatullah)

Ia didatangkan dari Campa oleh Raja Kertabumi pada zaman Majapahit. Oleh raja ia ditugaskan untuk memperbaiki akhlak rakyat Majapahit yang mulai rusak. Ia mendirikan pondok pesantren di Ampeldenta, Surabaya. Sunan Ampel menyebarkan agama Islam di Surabaya dan sekitarnya. Meninggal pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.

c. Sunan Bonang (Raden Makhdum Ibrahim)

Semasa muda, ia belajar agama Islam di Pasai. Sekembali dari Pasai, ia mendirikan pesantren di Tuban. Disebut Sunan Bonang karena dalam melakukan dakwah ia mempergunakan bonang (salah satu instrumen jawa) untuk menarik orang supaya datang. Ia meninggalkan karya sastra, yaitu “Primbon Sunan Bonang”.

d. Sunan Gunung Jati

Ia mempunyai sebutan nama yang banyak antara lain: Fatahillah, Faletehan, Syarif Hidayatullah, dan Muhammad Nurudin. Sunan Gunung Jati belajar agama Islam di Mekah dan Bagdad, dalam perjalanannya ke Jawa, singgah di Gujarat dan Pasai. Mula-mula ia menyebarkan agama Islam di Demak, selanjutnya meluasnya ke wilayah Jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon). Sunan Gunung Jati berjasa dalam mendirikan kerajaan Islam, Banten dan Cirebon.

e. Sunan Drajat (Raden Syarifuddin atau Masih Munat)

Ia mempelajari agama Islam dari para wali pendahulunya. Sunan Drajat mendirikan pesantren di Dusun Drajat, Paciran, Lamongan. Untuk memasyarakatnya ajaran agama Islam, ia mengubah syair-syair pangkur (tembang Jawa). Selain itu, ia juga mempergunakan gamelan Jawa sehingga lebih menarik bagi penduduk pribumi. Sisi lain daya tarik pribadinya adalah perhatiannya kepada orang miskin, yatim piatu, dan orang-orang terlantar.

f. Sunan Giri (Raden Paku atau Sultan Abdul Faqih)

Belajar agama Islam pertama kali di Ampel, kemudian melanjutkan ke Pasai bersama Sunan Bonang. Ia mendirikan pesantren “Prabu Giri Satmata” di Sidomukti, Gresik. Dalam menyebarkan agama, ia menciptakan lagu-lagu dolanan yang bernapaskan Islam, seperti Jamuran, Ilir-Ilir, dan Cublak-Cublak Suweng.

g. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid atau Raden Setya)

Semasa muda ia berguru pada Sunan Bonang, sehingga dalam berdakwah ia menggunakan gaya Sunan Bonang, yakni mempergunakan wayang dan gamelan. Jawa untuk menarik massa dan menanamkan ajaran-ajarannya di hati masyarakat Jawa. Ia mendirikan pesantren di Kadilangu, Demak dan mendapatkan banyak murid. Murid-muridnya yang terkenal, yaitu: Ki Ageng Pandanaran, Sunan Goseng, Empu Supa, dan Syekh Domba.

h. Sunan Kudus (Ja’far Shidiq)

Pernah belajar agama Islam di Arab. Seusai belajar agama, ia mendirikan pesantren di Kudus. Ia seorang pujangga Islam yang menguasai berbagai ilmu keagamaan, terutama tauhid, hadis, dan fiqih. Ia juga berhasil meluruskan ajaran Islam yang diselewengkan oleh beberapa tokoh seperti Syekh Siti Jenar, Kebo Kenanga, dan Ki Ageng Pengging.

i. Sunan Muria

Bersama Sunan Kudus, ia pernah berguru kepada Ki Ageng Ngerang. Seusai mempelajari agama Islam, ia mendirikan padepokan di kaki Gunung Muria, tempat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya yang terdiri atas rakyat jelata dan orang-orang sederhana pedesaan di sekitar Jepara. Ia juga mempergunakan gamelan Jawa untuk menarik massa, dan menciptakan syair-syair tembang kinanthi dan sinom yang memuat ajaran agama agar lebih mudah diterima dan diresapkan oleh orang-orang sederhana.

Ulama Lain

Selain ada Wali Songo yang tugasnya menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, masih ada ulama setempat, di antaranya sebagai berikut.
  •     Dato’ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal) berasal dari Minangkabau.
  •     Dato’ri Patimang (Khatib Sulaiman): mengislamkan Kerajaan Luwu (Palopo).
  •     Dato’ri Tito (Khatib Bungsu): mengislamkan wilayah Bulu Kumba.
  •     Tua Tanggang Parang dan Raja Aji Langgar, mengislamkan Kutai (Kalimantan Timur).
  •     Syekh Abdul Muhyi: menyiarkan agama Islam di Pamijahan, Tasikmalaya.
  •     Ki Gede Ing Suro: berasal dari Surabaya, mengislamkan Palembang.
  •     Syekh Yusuf (Yusuf Tajul Khaiwati): dari Makasar menjadi mufti di Kerajaan Banten pada masa Sultan Ageng Tirtayasa.
  •     Syekh Burhanuddin: dari Ulakan (Minangkabau), merupakan pelopor Islam di Sumatera Barat.
  •     Kiai Dukuh (Pangeran Kasunyatan): guru agamanya Maulana Yusuf (Sulatan
  •     Banten).
  •     Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang) ahli tasawuf yang mati dihukum bakar.
  •     Sunan Geseng (Ngabehi Ckrajaya): mengislamkan Bagelan (Kedu).
  •     Sunan Tembayat (Ki Ageng Pandanaran): mengislamkan Klaten.
  •     Syekh Domba: mengislamkan Salatiga.
  •     Sunan Panggung: mengislamkan Tegal.
  •     Ki Ageng Juru Martani: mengislamkan Gunung Kidul.
  •     Ki Ageng Pamanahan: mengislamkan Yogyakarta.
  •     Ki Ageng Gribig: mengislamkan Jatinom.
  •     Sayid Usman: mengislamkan Jakarta.
  •     Syekh Abdul Samad: mengislamkan Palembang.
  •     Syekh Nawawi: mengislamkan Banten.
  •     Syekh Arsyad: mengislamkan Banjarmasin.
  •     Syekh Said dari Pasai: mengislamkan petani.

No comments:

Post a Comment